Halo Sobat JSI, dalam dunia keuangan dan bisnis, rasio sangat penting untuk menentukan kesehatan perusahaan dan membuat keputusan yang tepat. Namun, menghitung rasio bisa menjadi membingungkan dan menakutkan bagi banyak orang. Oleh karena itu, dalam artikel ini, kami akan membahas cara menghitung rasio secara mudah dan sederhana.
Apa itu Rasio?
Sebelum memulai diskusi tentang cara menghitung rasio, mari kita pahami terlebih dahulu apa itu rasio. Rasio adalah perbandingan antara dua angka atau nilai yang terkait satu sama lain. Dalam keuangan dan bisnis, rasio digunakan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dan membandingkan angka-angka untuk membantu mengambil keputusan.
Contoh sederhana dari rasio adalah rasio keuangan seperti rasio utang terhadap ekuitas. Rasio ini membandingkan jumlah utang yang dimiliki oleh perusahaan dengan jumlah ekuitas atau kepemilikan saham. Jika rasio ini tinggi, artinya perusahaan memiliki lebih banyak utang daripada ekuitas dan ini dapat menunjukkan risiko keuangan yang tinggi.
Jenis-jenis Rasio
Terdapat banyak jenis rasio yang digunakan dalam keuangan dan bisnis. Beberapa jenis rasio yang umum digunakan termasuk:
Nama Rasio | Deskripsi |
---|---|
Rasio Likuiditas | Mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendek |
Rasio Solvabilitas | Mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka panjang dan hutang-hutang lainnya |
Rasio Profitabilitas | Mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan |
Rasio Efisiensi | Mengukur efisiensi operasional perusahaan |
Rasio Pasar | Mengukur kinerja perusahaan di pasar saham |
Cara Menghitung Rasio
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendek. Ada dua rasio likuiditas yang umum digunakan:
Rasio Lancar
Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendek dengan menggunakan aset lancar. Rasio ini dihitung dengan membagi aset lancar dengan hutang jangka pendek.
Contoh:
Perusahaan X memiliki aset lancar senilai Rp 500 juta dan hutang jangka pendek senilai Rp 250 juta.
Rasio Lancar = Aset Lancar / Hutang Jangka Pendek
Rasio Lancar = Rp 500 juta / Rp 250 juta
Rasio Lancar = 2
Dengan demikian, rasio lancar perusahaan X adalah 2.
Rasio Cepat
Rasio cepat adalah varian dari rasio lancar yang menghilangkan persediaan dari perhitungan. Hal ini dilakukan karena persediaan mungkin tidak dapat diubah menjadi uang secara cepat dalam situasi darurat. Rasio ini dihitung dengan membagi aset lancar dikurangi persediaan dengan hutang jangka pendek.
Contoh:
Perusahaan X memiliki aset lancar senilai Rp 500 juta, persediaan senilai Rp 100 juta, dan hutang jangka pendek senilai Rp 250 juta.
Rasio Cepat = (Aset Lancar – Persediaan) / Hutang Jangka Pendek
Rasio Cepat = (Rp 500 juta – Rp 100 juta) / Rp 250 juta
Rasio Cepat = 1,6
Dengan demikian, rasio cepat perusahaan X adalah 1,6.
2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka panjang dan hutang-hutang lainnya. Ada dua rasio solvabilitas yang umum digunakan:
Rasio Hutang Terhadap Ekuitas
Rasio hutang terhadap ekuitas mengukur jumlah utang perusahaan dibandingkan dengan jumlah ekuitas atau kepemilikan saham. Rasio ini digunakan untuk mengevaluasi risiko keuangan yang mungkin dihadapi oleh perusahaan.
Contoh:
Perusahaan X memiliki jumlah utang senilai Rp 1 miliar dan jumlah ekuitas senilai Rp 2 miliar.
Rasio Hutang Terhadap Ekuitas = Utang / Ekuitas
Rasio Hutang Terhadap Ekuitas = Rp 1 miliar / Rp 2 miliar
Rasio Hutang Terhadap Ekuitas = 0,5
Dengan demikian, rasio hutang terhadap ekuitas perusahaan X adalah 0,5.
Rasio Bunga Jangka Panjang Terhadap Laba Sebelum Bunga dan Pajak
Rasio bunga jangka panjang terhadap laba sebelum bunga dan pajak mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pada utang jangka panjang. Rasio ini digunakan untuk mengevaluasi risiko keuangan yang mungkin dihadapi oleh perusahaan.
Contoh:
Perusahaan X memiliki bunga jangka panjang senilai Rp 500 juta dan laba sebelum bunga dan pajak senilai Rp 1 miliar.
Rasio Bunga Jangka Panjang Terhadap Laba Sebelum Bunga dan Pajak = Bunga Jangka Panjang / Laba Sebelum Bunga dan Pajak
Rasio Bunga Jangka Panjang Terhadap Laba Sebelum Bunga dan Pajak = Rp 500 juta / Rp 1 miliar
Rasio Bunga Jangka Panjang Terhadap Laba Sebelum Bunga dan Pajak = 0,5
Dengan demikian, rasio bunga jangka panjang terhadap laba sebelum bunga dan pajak perusahaan X adalah 0,5.
3. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Ada beberapa rasio profitabilitas yang umum digunakan:
Rasio Laba Kotor
Rasio laba kotor mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari penjualan produk atau jasa sebelum pengurangan biaya-biaya operasional. Rasio ini dihitung dengan membagi laba kotor dengan pendapatan.
Contoh:
Perusahaan X memiliki laba kotor senilai Rp 500 juta dan pendapatan senilai Rp 1 miliar.
Rasio Laba Kotor = Laba Kotor / Pendapatan
Rasio Laba Kotor = Rp 500 juta / Rp 1 miliar
Rasio Laba Kotor = 0,5
Dengan demikian, rasio laba kotor perusahaan X adalah 0,5.
Rasio Laba Bersih
Rasio laba bersih mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan setelah pengurangan biaya-biaya operasional dan pajak. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih dengan pendapatan.
Contoh:
Perusahaan X memiliki laba bersih senilai Rp 250 juta dan pendapatan senilai Rp 1 miliar.
Rasio Laba Bersih = Laba Bersih / Pendapatan
Rasio Laba Bersih = Rp 250 juta / Rp 1 miliar
Rasio Laba Bersih = 0,25
Dengan demikian, rasio laba bersih perusahaan X adalah 0,25.
4. Rasio Efisiensi
Rasio efisiensi digunakan untuk mengukur efisiensi operasional perusahaan. Ada beberapa rasio efisiensi yang umum digunakan:
Rasio Putaran Piutang
Rasio putaran piutang mengukur seberapa cepat perusahaan mengumpulkan uang dari piutang. Rasio ini dihitung dengan membagi pendapatan dengan piutang rata-rata selama periode waktu tertentu.
Contoh:
Perusahaan X memiliki pendapatan senilai Rp 1 miliar dan piutang rata-rata selama periode waktu tertentu senilai Rp 500 juta.
Rasio Putaran Piutang = Pendapatan / Piutang Rata-rata
Rasio Putaran Piutang = Rp 1 miliar / Rp 500 juta
Rasio Putaran Piutang = 2
Dengan demikian, rasio putaran piutang perusahaan X adalah 2.
Rasio Putaran Persediaan
Rasio putaran persediaan mengukur seberapa cepat perusahaan menjual persediaan. Rasio ini dihitung dengan membagi pendapatan dengan persediaan rata-rata selama periode waktu tertentu.
Contoh:
Perusahaan X memiliki pendapatan senilai Rp 1 miliar dan persediaan rata-rata selama periode waktu tertentu senilai Rp 200 juta.
Rasio Putaran Persediaan = Pendapatan / Persediaan Rata-rata
Rasio Putaran Persediaan = Rp 1 miliar / Rp 200 juta
Rasio Putaran Persediaan = 5
Dengan demikian, rasio putaran persediaan perusahaan X adalah 5.
5. Rasio Pasar
Rasio pasar mengukur kinerja perusahaan di pasar saham. Ada beberapa rasio pasar yang umum digunakan:
Rasio Harga/Earning (P/E Ratio)
Rasio harga/earning (P/E ratio) mengukur berapa banyak investor membayar untuk setiap dolar laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Rasio ini dihitung dengan membagi harga saham dengan laba bersih per saham.
Contoh:
Perusahaan X memiliki harga saham senilai Rp 10.000 per saham dan laba bersih per saham senilai Rp 1.000 per saham.
Rasio Harga/Earning = Harga Saham / Laba Bersih per Saham
Rasio Harga/Earning = Rp 10.000 / Rp 1.000
Rasio Harga/Earning = 10
Dengan demikian, rasio harga/earning perusahaan X adalah 10.
FAQ
1. Mengapa rasio penting dalam keuangan dan bisnis?
Rasio penting dalam keuangan dan bisnis karena membantu mengukur kesehatan perusahaan dan membandingkan kinerja dengan pesaing industri. Rasio juga digunakan sebagai alat untuk membuat keputusan bisnis yang tepat.
2. Bagaimana cara menghitung rasio?
Cara menghitung rasio berbeda-beda tergantung pada jenis rasio yang dihitung. Namun, secara umum, rasio dihitung dengan membandingkan dua angka atau nilai yang terkait satu sama lain.
3. Apa saja jenis-jenis rasio yang umum digunakan?
Terdapat banyak jenis rasio yang digunakan dalam keuangan dan bisnis. Beberapa jenis rasio yang umum digunakan termasuk rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio efisiensi, dan rasio pasar.
4. Apa keuntungan menggunakan rasio?
Keuntungan menggunakan rasio adalah membantu mengukur kesehatan perusahaan dan membandingkan kinerja dengan pesaing industri. Rasio juga digunakan sebagai alat untuk membuat keputusan bisnis yang tepat.
5. Bagaimana cara menggunakan rasio untuk mengambil keputusan bisnis?
Rasio digunakan untuk mengambil keputusan bisnis dengan membandingkan angka-angka dengan standar atau target yang telah ditetapkan. Jika rasio lebih baik dari target, ini menunjukkan kinerja yang baik dan jika rasio lebih buruk dari target, ini menunjukkan perlu adanya perbaikan.